PENGERTIAN DAN SEJARAH KOMUNIKASI
A.
Pengertian Komunikasi
1.
Pengertian Komunikasi secara Etimologis
Secara etimologi atau menurut asal katanya,
istilah komunikasi berasal dari bahasa latin communication, dan
perkataan ini bersumber dari kata communis yang berarti sama, sama
makna, yaitu sama makna mengenai suatu hal. Dengan demikian komunikasi,
menurut lexicographer (ahli kamus bahasa), “menunjuk pada suatu upaya yang
bertujuan berbagi untuk mencapai kebersamaan. Sementara itu, dalam Webster New
Collegiate Dictionary edisi tahun 1977 antara lain dijelaskan bahwa komunikasi
adalah “suatu proses pertukaran informasi di antara individu melalui sistem
lambng-lambang, tanda-tanda, atau tingkah laku”.
Jadi, jika dua orang terlibat dalam komunikasi, seperti
dalam bentuk percakapan, maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama
ada kesamaan makna terhadap apa yang sedang dipercakapkan. Kesamaan bahasa yang
digunakan dalam percakapan itu belum tentu menimbulkan kesamaan makna. Dengan
kata lain, mengerti bahasa saja belum tentu mengerti maksud yang dibawakan oleh
bahasa tersebut. Percakapan kedua orang tadi dikatakan komunikatif apabila
kedua-duanya, selain mengerti bahasa yang dipergunakan, juga mengerti makna
dari bahan yang dipercakapkan.
Akan tetapi, pengertian komunikasi yang
dipaparkan di atas (dari segi bahasa) sifatnya masih dasariah, dalam arti dalam
komunikasi minimal harus mengandung kesamaan makna dari pihak yang terlibat
komunikasi. Dikatakan minimal karena komunikasi tidaklah sekedar informatif,
yakni agar orang lain mengerti dan tahu, namun juga persuasif, yakni agar orang
lain bersedia menerima suatu paham atau keyakinan, melakukan suatu perbuatan
atau kegiatan, dan lain-lain.
2. Pengertian Komunikasi Secara
Terminologis
Sejalan dengan perkembangan ilmu komunikasi
sebagai ilmu pengetahuan sosial yang sifatnya multidisipliner,
definisi-definisi yang yang berikan oleh para ahli pun semakin banyak dan
beragam. Masing-masing memiliki penekanan arti, cakupan, dan konteks yang
berbeda satu dengan lainnya. Dari sekian banyak definisi tersebut, berikut
diantaranya adalah menurut :
Bernard Berelson dan Gary A. Steiner:
"Komunikasi: transmisi informasi, gagasan,
emosi, keterampilan, dan sebagainya, dengan menggunakan simbol-simbol, kata-kata,
gambar, figure, grafik, dan sebagainya. Tindakan atau proses transmisi itulah
yang biasanya disebut komunikasi.”
Theodore M. Newcomb:
"Setiap tindakan komunikasi dipandang
sebagai suatu transmisi informasi terdiri dari rangsangan yang diskriminatif,
dari sumber kepada penerima.”
Carl I. Hovland:
"Komunikasi adalah proses yang memungkinkan
seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan (biasanya lambang-lambang
verbal) untuk mengubah perilaku orang lain (komunikate)”
Gerald R. Miller:
"Komunikasi terjadi ketika suatu sumber
menyampaikan suatu pesan kepada penerima dengan niat yang disadari untuk
mempengaruhi perilaku penerima.”
Everett M. Roger:
"Komunikasi adalah proses dimana suatu ide
dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk
mengubah tingkah laku mereka.”
Raymond S. Ross:
"Komunikasi (intensional) adalah suatu
proses menyortir, memilih, dan mengirimkan simbol-simbol sedemikian rupa
sehingga membantu pendengar membangkitkan makna atau respons pikirannya yang
serupa dengan yang dimaksud komunikator."
Harold Lasswell:
(Cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi
adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut) Who Says What In Which
Channel To Whom With What Effect? Atau Siapa Mengatakan Apa Dengan Saluran
Apa Kepada Siapa Dengan Pengaruh Bagaimana?
Ketujuh definisi di atas, masing-masing
memberikan penekanan arti yang berbeda. Definisi dari Bernard Berelson dan Gary
A. Steiner, menekankan komunikasi pada proses penyampaian. Hal yang disampaikan
dapat berupa informasi, gagasan, emosi, keterampilan, dan sebagainya, sedangkan
cara penyampaiannya dengan menggunakan simbol-simbol, kata-kata, gambar,
figure, grafik, dan sebagainya. Theodore M. Newcomb juga menekankan komunikasi
sebagai proses pengalihan informasi yang dilakukan oleh pihak komunikator,
namun komunikator dianggap memiliki kewenangan penuh kepada sasaran
komunikasinya. Sedangkan Raymond S. Ross
menekankan bahwa proses penyampaian komunikasi tidaklah sederhana karena dengan
komunikasi tersebut dimaksudkan terjadinya kesamaan pikiran antara komunikator
dengan komunikannya.
Definisi dari Carl I. Hovland, Gerald R. Miller,
Everett M. Roger menunjukkan bahwa komunikasi adalah proses yang terjadi antara
satu orang pada orang lainnya, namun kegiatan yang dilakukan secara sadar dan
sengaja mempunyai tujuan untuk mengubah atau membentuk perilaku dari orang lain
yang menjadi sasaran komunikasi.
Definisi dari Harold Lasswell secara eksplisit
dan kronologis menjelaskan lima komponen yang terlibat dalam komunikasi. Yakni
siapa (pelaku komunikasi pertama yang punya inisiatif sebagai sumber),
mengatakan apa (isi informasi yang disampaikan), kepada siapa (pelaku
komunikasi lainnya yang dijadikan sasaran penerima), melalui saluran apa
(alat/saluran penyampaian informasi), dan dengan akibat apa (hasil yang terjadi
pada diri penerima). Definisi ini menunjukkan bahwa komunikasi adalah suatu
upaya yang disengaja dan memiliki tujuan.
Dari berbagai defenisi komunikasi sebelumnya,
diperoleh gambaran bahwa komunikasi memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Komunikasi adalah suatu proses
Komunikasi sebagai suatu proses artinya bahwa
komunikasi merupakan suatu rangkaian tindakan atau peristiwa yang terjadi
secara berurutan (ada tahapan atau sekuensi) serta berkaitan satu dengan
lainnya dalam kurun waktu tertentu. Sebagai suatu proses, komunikasi tidak
statis tetapi dinamis dalam arti akan selalu mengalami perubahan dan
berlangsung terus-menerus.
Proses komunikasi dalam prosesnya melibatkan
banyak faktor atau unsur. Faktor-faktor atau unsur-unsur yang dimaksud antara
lain dapat mencakup pelaku atau peserta, pesan (meliputi bentuk, isi, dan cara
penyajiannya), saluran atau alat yang dipergunakan untuk menyampaikan pesan,
waktu, tempat, hasil atau akibat yang terjadi, serta kondisi pada saat
berlangsungnya proses komunikasi.
b. Komunikasi adalah upaya yang disengaja dan memiliki tujuan
Komunikasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan
secara sadar, disengaja serta sesuai dengan tujuan atau keinginan dari para
pelakunya. Pengertian “sadar” di sini menunjukkan bahwa kegiatan komunikasi yang
dilakukan seseorang sepenuhnya berada dalam kondisi mental-psikologis yang
terkendali atau terkontrol bukan dalam keadaan “mimpi”. Disengaja maksudnya
bahwa komunikasi yang dilakukan memang sesuai dengan kemauan pelakunya.
Sementara tujuan menunjuk pada hasil atau akibat yang ingin dicapai.
c. Komunikasi menuntut adanya partisipasi dan kerjasama dari para pelaku yang
terlibat
Kegiatan komunikasi akan berlangsung baik
apabila pihak-pihak yang berkomunikasi (dua orang atau lebih) sama-sama ikut
terlibat dan sama-sama mempunyai perhatian yang sama terhadap pesan yang
dikomunikasikan.
d. Komunikasi bersifat simbolis
Komunikasi pada dasarnya merupakan tindakan yang
dilakukan dengan menggunakan lambing-lambang. Lambang yang paling umum
digunakan dalam komunikasi antarmanusia adalah bahasa verbal dalam bentuk
kata-kata, kalimat-kalimat, angka-angka atau tanda-tanda lainnya.
Selain bahasa verbal, juga adal lambang-lambang
yang bersifat nonverbal yang dapat dipergunakan dalam komunikasi seperti
gestura (gerak tangan, kaki, atau bagian lainnya dari tubuh), warna, sikap
duduk atau berdiri, jarak, dan berbagai bentuk lambing lainnya. Penggunaan
lambang-lambang nonverbal ini lazimnya dimaksudkan untuk memperkuat arti dari
pesan yang ditunjukkan.
e. Komunikasi bersifat transaksional
Komunikasi pada dasarnya menuntut dua tindakan:
memberi dan menerima. Dua tindakan tersebut tentunya dilakukan secara seimbang
dan proporsional oleh masing-masing pelaku yang terlibat dalam komunikasi.
Pengertian “transaksional” juga menunjuk pada
suatu kondisi bahwa keberhasilan komunikasi tidak hanya ditentukan oleh salah
satu pihak, tetapi oleh kedua belah pihak yang terlibat dalam komunikasi.
f. Komunikasi menembus ruang dan waktu.
Komunikasi menembus ruang dan waktu maksudnya
bahwa para peserta atau pelaku yang terlibat dalam komunikasi tidaklah haruis
hadir pada waktu dan tempat yang sama. Dengan adanya berbagai produk teknologi
komunikasi seperti telepon, faksimili, telex, video-text, dan lain-lain, kedua
faktor tersebut (ruang dan waktu) bukan lagi menjadi persoalan dan hambatan
dalam berkomunikasi.
B. Pengertian Ilmu Komunikasi
Pengertian Ilmu Komunikasi merujuk pada pendapat
Carl I. Hovland adalah suatu sistem yang berusaha menyusun prinsip-prinsip
dalam bentuk yang tepat mengenai hal memindahkan penerangan dan membentuk pendapat serta sikap-sikap.
Teknologi
Informasi dan Komunikasi,
adalah payung besar terminologi yang mencakup seluruh peralatan teknis untuk memproses dan menyampaikan informasi.
TIK mencakup dua aspek yaitu teknologi informasi dan teknologi komunikasi. Teknologi informasi meliputi segala hal yang berkaitan dengan
proses, penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi, dan pengelolaan informasi.
Sedangkan teknologi komunikasi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan penggunaan
alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari perangkat yang satu ke
lainnya. Oleh karena itu, teknologi informasi dan teknologi komunikasi adalah
dua buah konsep yang tidak terpisahkan. Jadi Teknologi Informasi dan Komunikasi
mengandung pengertian luas yaitu segala kegiatan yang terkait dengan
pemrosesan, manipulasi, pengelolaan, pemindahan informasi antar media.Istilah TIK muncul setelah adanya perpaduan
antara teknologi komputer (baik perangkat
keras maupun perangkat
lunak) dengan
teknologi komunikasi pada pertengahan abad
ke-20. Perpaduan
kedua teknologi tersebut berkembang pesat melampaui bidang teknologi lainnya.
Hingga awal abad ke-21, TIK masih terus mengalami berbagai perubahan dan belum
terlihat titik jenuhnya.
C. Perkembangan komunikasi sebelum menjadi science, komunikasi sebagai science
sejak dekade 40-an sampai sekarang
Ilmu komunikasi adalah salah satu disiplin yang
masuk dalam kelompok ilmu-ilmu sosial. Secara umum, sejarah perkembangan ilmu
komunikasi dapat dibagi dalam empat periode. Pertama, periode
"tradisi retorika" yang dimulai sejak zaman Yunani Kuno. Kedua,
periode antara tahun 1900 sampai Perang Dunia II yang dapat disebut
sebagai periode pertumbuhan ilmu
komunikasi. Ketiga, periode setelah perang Dunia II sampai tahun 60-an.
Periode ini umumnya disebut sebagai periode konsolidasi. Dan, keempat
adalah periode teknologi komunikasi yang dimulai dari tahun 60-an sampai
sekarang. Tiap periode masing-masing memberikan karakteristik tersendiri
terhadap penekanan bidang studi dan konteks peristiwa komunikasi yang diamati.
Berikut adalah uraian singkat mengenai kondisi dan perkembangan ilmu komunikasi
untuk setiap periode.
1.
Periode Tradisi Retorika
Perkembangan lahirnya ilmu komunikasi dapat
ditelusuri sejak peradaban Yunani Kuno beberapa ratus tahun sebelum masehi.
Sebutan "komunikasi" dalam konteks arti yang berbeda sekarang ini
memang belum dikenal saat itu. Isilah yang berlaku pada zaman tersebut adalah
"retorika".
Para ahli berpendapat bahwa studi retorika
sebenarnya telah ada sebelum zaman Yunani (Golden, 1978, Foss, 1985; forsdale
1981). Disebutkannya bahwa zaman kebudayaan Mesir Kuno telah ada tokoh-tokoh
retorika seperti Kagemni dan Ptah-Hotep. Namun demikian tradisi retorika
sebagai upaya pengkajian yang sistematis dan terorganisir baru dilakukan di
zaman Yunani Kuno dengan perintisnya Aristotle (Golden, 1978)
Pengertian "retorika" menurut
Aristotle, menunjuk kepada segala upaya yang bertujuan untuk persuasi. Lebih
lanjut Aristotle menyatakan bahwa retorika mencakup tiga unsur yakni:
a. ethos (kredibilitas sumber)
b. pathos (hal yang menyangkut emosi/perasaan) dan
c. logos (hal yang menyangkut fakta)
Dengan demikian upaya persuasi, menurut
Aristotle menuntut tig faktor yakni kredibilitas dari pelaku komunikasi yang
melakukan kegiatan persuasi, kemampuan untuk merangsang emosi/perasaan dari
pihak yang menjadi sasaran, serta kemampuan untuk mengungkapkan fakta-fakta
yang mendukung (logika)
Pokok-pokok pikiran Aristotle ini kemudian
dikembangkan lagi oleh Cicero dan Quintilian. Mereka menyusun aturan retorika
yang meliputi lima unsur:
a. Invention (urutan argumentasi)
b. dispesitio (pengaturan ide)
c. eloquito (gaya bahasa)
d. memoria (ingatan), serta
e. pronunciation (cara penyampaian pesan)
Kelima unsur ini, menurut Quintilian dan Cicero
merupakan faktor-faktor penentu keberhasilan upaya persuasi yang dilakukan
seseorang. Tokoh-tokoh retorika lainnya yang dikenal pada zaman itu adalah
Corax, Socrates dan Plato.
Dalam abad pertengahan studi
retorika ini secara institusional semakin mapan, khususnya di negara-negara
Inggris, Perancis dan Jerman. Tokoh-tokohnya yang terkemuka pada masa ini
antara lain Thomas Wilkson, Francis Bacon, Rene Descartes, John Locke,
Giambatista, dan David Hume.
Dalam akhir abad ke 18
prinsip-prinsip retorika yang dikemukakan oleh Aristotle, Cicero dan
Quintilian, kemudian menjadi dasar bagi bidang kajian "speech
communication" (komunikasi ujaran) dan "rhetoric".
Retorika tidak lagi diartikan secara sempit sebagai upaya persuasi. Pengertian
retorika menunjuk pada "kemampuan manusia mengunakan lambang-lambang
untuk berkomunikasi satu sama lainnya" (Foss et al, 1985:15)
Tokoh-tokoh retorika yang terkenal pada saat ini antara lain: I.A Richard,
Richard M. Weaver, Stephen Toulmin, Kenneth Burke, Marshall Mcluhan, Michel
Foucalt, Jurgen Habermas, Ernesto Grassi dan Chaim Perelman.
2. Periode Pertumbuhan : tahun 1900 – Perang Dunia II
Pertumbuhan
komunikasi sebagai salah satu disiplin ilmu sosial barangkali dapat
dikatakan dimulai pada awal abad ke-19. Sedikitnya ada tiga pertimbangan
penting pada masa ini. Pertama, adalah penemuan-penemuan
teknologi komunikasi seperti telephone, radio, televisi, dll. Kedua,
proses industrialisasi dan modernisasi yang telah terjadi di negara-negara
Eropa Barat dan Amerika. Ketiga, pecahnya Perang Dunia I
dan II.
Semua perubahan ini memberi bentuk dan arah
kepada bidang kajian ilmu komunikasi yang terjadi pada masa ini. Secara umum
bidang-bidang studi komunikasi yang berkembang pada periode ini meliputi
hubungan komunikasi dengan institusi dan masalah-masalah politik kenegaraan,
peranan komunikasi dalam kehidupan sosial, analisis psikologi sosial
komunikasi, komunikasi dan pendidikan, propaganda dan penelitian komunikasi
komersial.
Pada masa itu, bidang kajian komunikasi dan
kehidupan sosial mulai berkembang sejalan dengan proses modernisasi yang
terjadi. Diasumsikan bahwa komunikasi mempunyai peran dan kontribusi yang nyata
terhadap perubahan sosial. Penelitian-penelitian empiris dan kuantitatif mulai
banyak dilakukan dalam mengamati proses dan pengaruh komunikasi. Di
bidang pengkajian komunikasi dan pendidikan misalnya, aspek-aspek yang diteliti
mencakup penggunaan teknologi baru dalam pendidikan formal, keterampilan
komunikasi, strategi komunikasi instruksional, serta "reading and
listening". Sementara dibidang penelitian komunikasi komersial, dampak
iklan terhadap khalayak serta aspek-aspek lainnya yang menyangkut industri
media mulai berkembang sejalan dengan tumbuhnya industri periklanan dan
penyiaran (broadcasting)
Pikiran-pikiran baru tentang komunikasi yang terjadi
pada masa ini, langsung atau tidak
langsung juga dipengaruhi oleh gagasan-gagasan para ahli ilmu sosial Eropa.
Pada masa itu (menjelang akhir abad ke 18) universitas-universitas di Eropa,
terutama Jerman dan Perancis, merupakan pusat intelektual terkemuka di dunia.
Pokok-pokok pikiran dari Max Weber, August comte, Emille
Durkheim dan Sir Herbert Spencer dipandang punya pengaruh terhadap
pengembangan teori-teori komunikasi yang terjadi pada periode ini. Tokoh-tokoh
ilmu lainnya yang dianggap punya andil besar adalah Gabriel Tarde dan George
Simmel.
3.
Periode Konsolidasi : Perang Dunia II – tahun 1960an
Periode setelah perang Dunia II sampai tahun
1960-an disebut sebagai suatu ilmu pengetahuan sosial yang bersifat
multidisipliner (mencakup berbagai ilmu) mulai terjadi. Kristalisasi ilmu
komunikasi ditandai oleh 3 (tiga) hal.
Pertama, adanya adopsi perbendaharaan istilah-istilah yang dipakai secara seragam. Kedua,
munculnya buku-buku dasar yang membahas tentang pengertian dan proses
komunikasi. Ketiga, adanya konsep-konsep baku tentang
dasar-dasar proses komunikasi. Pendekatan komunikasi telah menjadi suatu
pendekatan yang lintas disipliner dalam arti mencakup berbagai disiplin ilmu
lainnya, karena disadari bahwa komunikasi merupakan suatu proses yang kompleks.
Sedikitnya ada tujuh tokoh yang punya andil
besar dalam periode ini. Mereka adalah Claude E. Shannon, Norbet Wiener, Harold
Lasswell, Kurt Lewin, Carl I. Hovland, Paul F. Lazarsfield (ahli sosiologi),
Kurt Lewin dan Carl I. Hovland (keduanya ahli psikologi sosial) disebut oleh
Wilbur Schramm sebagai "the founding fathers" (para pendiri
atau perintis) ilmu komunikasi. Disebut demikian karena pokok-pokok pikiran
mereka dipandang sebagai landasan bagi pengembangan-pengembangan teori
komunikasi. Wilbur Schramm sendiri dinilai sebagai "institutionalizer"
– yakni yang merintis upaya pelembagaan pendidikan komunikasi sebagai bidang
kajian akademis. Karena jasanyalah pengembangan bidang kajian komunikasi
menjadi suatu disiplin ilmu sosial yang mapan dan melembaga menjadi
terealisasi. "Institute of Communication Research" yang
didirikan Schramm di Illonis pada tahun 1947 merupakan lembaga pendidikan
tinggi ilmu komunikasi yang pertama di Amerika Serikat. Sementara itu dua tokoh
lainnya yakni Claude E. Shannon dan Nobert Wiener disebut sebagai "insinyur-insinyur
komunikasi".
Istilah "Mass Communication"
(Komunikasi Massa) dan "Communication Research" (Penelitian
Komunikasi) mulai banyak digunakan. Cakupan bidang ilmu komunikasi mulai
diperjelas dan dibagi dalam empat bidang tataran : komunikasi intra pribadi,
komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok dan organisasi, dan komunikasi
macro sosial serta komunikasi massa. Lebih lanjut, sejalan dengan kegiatan
pembangunan yang terjadi di seluruh negara termasuk negara-negara berkembang,
studi-studi khusus tentang peranan dan kontribusi komunikasi dalam proses
perubahan sosial, difusi inovasi juga mulai banyak dilakukan.
4.
Periode Teknologi Komunikasi : tahun 1960an - sekarang
Sejak tahun 1960-an ilmu komunikasi semakin
kompleks dan mengarah pada spesialisasi. Menurut Rogers (1986) perkembangan
studi komunikasi sebagai suatu disiplin ilmu telah mulai memasuki periode
"take off" (tinggal landas) sejak tahun 1950-an. Secara institusional
kepesatan perkembangan ilmu komunikasi pada masa sekarang ini antara lain
tercermin dalam beberapa indikator sebagai berikut:
a. Jumlah universitas yang menyelenggarakan program pendidikan komunikasi
semakin banyak dan tidak hanya terbatas di negara-negara maju seperti AS,
tetapi juga negara-negara berkembang di Asia, Amerika Latin dan Afrika,
b. Asosiasi-asosiasi profesional di bidang ilmu komunikasi juga semakin
banyak, tidak saja dalam jumlahnya tetapi juga cakupan keanggotaannya yang
regional dan internasional. Dan
c. Semakin banyaknya pusat-pusat penelitian dan pengembangan komunikasi.
Dalam bidang keilmuan, kemajuan disiplin
komunikasi ini juga tercermin dengan:
a. Semakin banyaknya literatur
komunikasi seperti buku-buku, jurnal-jurnal, hasil-hasil penelitian
ilmiah atau terapan, monografis dan bentuk-bentuk penerbitan lainnya
b. Semakin beragamnya bidang-bidang studi spesialisasi komunikasi
c. Serta semakin banyaknya teori-teori dan model-model tentang komunikasi yang
dihasilkan para ahli. Sebagai gambaran, hingga saat ini terdapat 126 definisi,
sekitar 50 teori dan 28 model tentang komunikasi (Dance, 182; Littlejohn, 1989;
McQuail & Windahi, 1981; Forsdale, 1981)
Periode masa sekarang juga
disebut sebagai periode teknologi komunikasi dan informasi yang ditandai
oleh beberapa faktor sebagai berikut:
1. kemajuan teknologi komunikasi dan informasi seperti
komputer, VCR, TV kabel, parabola video home computer, satelit komunikasi,
teleprinter, videotext, laser vision dan alat-alat komunikasi jarak jauh
lainnya,
2.
tumbuhnya industri media yang cakupannya tidak hanya bersifat nasional tetapi
juga regional dan global,
3.
ketergantungan terhadap situasi
ekonomi dan politik global/internasional,
4.
semakin gencarnya kegiatan
pembangunan ekonomi di seluruh negara, serta
5. semakin
meluasnya proses demokratisasi ekonomi dan politik.
Sebagai akibatnya, studi-studi
komunikasi yang banyak dilakukan (khususnya di negara maju seperti AS)
cenderung difokuskan pada proses dan dampak sosial penggunaan teknologi media
komunikasi; arus penyebaran dan pemusatan informasi regional dan global
(misalnya "transborder data flow"), aspek-aspek politik,
ekonomi dan informasi, komunikasi antar industri media, dampak sosial dari
teknologi interaktif seperti komputer, komunikasi manusia-mesin, dampak
telekomunikasi terhadap hubungan antar-budaya, serta aspek-aspek yang
menyangkut manajemen informasi. Pendekatan disiplin ekonomi mulai diterapkan,
karena disadari bahwa informasi di masa sekarang ini merupakan komoditi
yang mempunyai nilai tambah.
- See more at:
- http://sitizainab493.blogspot.co.id/2013/04/pengertian-dan-sejarah-komunikasi.html#sthash.oQkaTZVF.dpuf
- https://id.wikipedia.org/wiki/Teknologi_Informasi_Komunikasi
- http://sitizainab493.blogspot.co.id/2013/04/pengertian-dan-sejarah-komunikasi.html#sthash.oQkaTZVF.dpuf
- https://id.wikipedia.org/wiki/Teknologi_Informasi_Komunikasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar